Pages

Jumat, 01 Juli 2011

Kemana Jilbab Cantik Itu?



Perjuangan untuk mengupayakan berjilbab adalah sebuah perjuangan jiwa dan raga. Bagi sebagian besar ukhti, awal pertama menegakkan hijab dengan berjilbab adalah perjuangan besar. Banyak sekali dari keluarga ukhti yang enggan mengizinkan anaknya perempuannya untuk berhijab sesuai syariat dengan berbagai alasan, diantaranya karena takut tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, tak dapat jodoh, disangka teroris, dsb.

Aku tidak menyalahkan alasan seperti itu, tapi hanya menyayangkan jika ada keluarga yang berpendapat seperti itu. Aku paham mereka mungkin belum memahami arti penting dari perintah Allah untuk berjilbab. Rezeki itu datangnya hanya dari Allah, jika kita mau ikhtiar dan berdoa, pastinya Allah akan memberikan rezeki yang terbaik. Itu hal pertama yang harus diyakini. Jika khawatir tidak mendapatkan jodoh, itu bukanlah alasan yang tepat. Yang aku ketahui, sepreman-premannya laki-laki, pasti dia akan suka melihat seorang wanita berjilbab dan ada keinginan untuk menjadikan istrinya. Tapi jika dia sadar, akan berpikir, apakah wanita berjilbab itu mau dengan lelaki preman? Kecuali lelaki itu ber-azzam untuk berubah jadi lebih soleh dan meninggalkan ke-premanan-nya itu. Untuk yang disangka teroris, jangan takut selagi kita tidak melakukan kegiatan terorisme. Apakah dakwah terorisme? Apakah mengaji kegiatan terorisme? Emang apa standarnya terorisme? Ah...itu hanya pemutar balikan fakta dari pihak-pihak yang tidak senang dengan Islam. Lalu tidak inginkah mereka (orang tua/keluarga) mempunyai anak perempuan yang solehah? Yang bisa jadi aset berharga untuk masuk ke dalam surga?

Jangan bilang, ‘hari gini masih ngomongin jilbab atau hijab”. Sampai kiamat pun pembahasan ini wajib terus dibahas. Kenapa tidak? Toh, ini salah satu kewajiban yang datangnya dari Allah untuk wanita muslimah yang sudah baligh untuk mengenakan pakaian yang menutup aurat. Jadi kalo ada yang berpendapat ini hal yang ’basi’, mari sama-sama beristighfar.

Tuntutan Jilbab

Dengan berjilbab tidak hanya lahiriah yang dituntut pandai berhijab, tapi juga hati dan jiwa. Memang tidak mudah hati dan jiwa untuk ’dijilbabkan’, tapi hijab hati akan semakin tegak berjalan seiring hijab yang diupayakan secara fisik (berjilbab), karena jilbab memang HARUS memiliki dampak pada perilaku si pemakai.

Maka sering terdengar dengan ungkapan bahwa, jika melihat akhwat itu futur atau tidak, lihatlah dari jilbabnya. Jika jilbabnya makin seksi dari hari ke hari, bisa jadi dia sedang berada pada kondisi futur. Walaupun fenomena itu tidak selalu begitu, tapi kebanyakan yang kutemui ya seperti itu.

Dulunya ia seorang akhwat jilbab panjang yang ku kagumi karena ia cantik akan jilbabnya, namun kini buitr kekagumanku berguguran. Sambil melihatnya kini, aku seperti menelan pil pahit kekecewaan. Jilbabnya kini semakin tipis dan hanya menutupi kepala juga lehernya saja. Mansetnya pun kini raib dari yang biasanya ia pakai ditangan. Kaos kaki pun entah kemana ia tinggalkan, sehingga kaki indahnya kini terumbar begitu saja dilihat mata-mata liar penuh syahwat. Kini pakaiannya ketat tak karuan. Kadang saking parahnya hingga ku pikir apa bedanya ia berjilbab dengan tidak?

’Rabb, apa yang salah darinya? Atau mungkin dariku sebagai temannya? Lalaikah aku dalam mengingatkannya? Mengapa ukhti yang kucintai karena-Mu ini sedemikian berubah? Mudah-mudahan ukuran jilbabnya kini tidak membuatnya futur dan mementahkan segala hal yang telah dia ketahui selama ini. Semoga esok hari kami dapat bersama-sama menjadi lebih baik lagi. Amin’.

Bukan Men-JudgeAku tidak men-judge akhwat yang berjilbab pendek itu kadar imannya lebih rendah dibandingkan berjilbab panjang. Bukan! Tidak sama sekali! Memang siapa bilang akhwat berjilbab panjang yang terlihat dingin itu tak bisa jatuh cinta pada lawan jenis? Toh, mereka juga manusia yang punya hati, yang punya harapan dan perasaan. Siapa yang bilang mereka tidak pernah kecewa dan putus harapan? Tidak kawan, aku tidak menganggap akhwat berjilbab panjang adalah sosok sempurna jelmaan bidadari.

Tapi tahukah, ketika aku merasakan sendiri dengan hijab yang kukenakan (entah itu jilbab panjang atau pendek menurut orang lain, karena bagi akhwat yang berjilbab seksi aku bisa disebut berjilbab panjang, tapi bagi mereka yang bercadar atau memakai burqo’/burdah, aku pun bisa disebut akhwat berjilbab pendek, mudah-mudahan ga disebut jilbab seksi ya....) tuntutan untuk lebih ’semangat dan pintar’ menata hati itu lebih tinggi, ketimbang pertama kali aku berhijab dengan ukuran yang cukup pendek (proses awal).

Rasa malu untuk hal-hal yang tidak baik semakin besar. Pertanyaan, apa yang harus dilakukan lebih baik untuk dakwah semakin berhimpun dan banyak. Tuntutan untuk koreksi diri (muhasabah) semakin sering. Malu ketika belum bisa berbahasa Arab apalagi hafalan Qur’an-nya yang sedikit. Sangat malu ketika tak bisa menolong diri sendiri dan teman yang sedang ’down’. Sangat bersyukur ketika Allah masih mau menutupi aib-aib diri. Belajar ’menikmati’ segala cobaan yang datang. Lebih menikmati hidup dengan terus beraktivitas yang positif. Malu juga kalo ga bisa sukses dalam pendidikan. Malu juga ketika tidak bisa berinteraksi dengan baik. Malu ketika tidak bisa hidup sederhana seperti Rasul. Malu juga ketika tidak bisa menepati janji.

Pentingkah?
Girls, emang apa sih standarnya wanita seksi? Harus berpakaian ’tidak senonoh’ kah? Emang penting ya seksi itu?...ckckkck...please deh hari gini masih daging oriented! Maksudnya masih berorientasi pada tubuh yang mesti terlihat ’syuurr’...Emang ga kesian sama suaminya? (mungkin nanti bagi yang belum menikah) atau ga takutkah jadi bahan bakar neraka?

Setahuku, seksi itu ga mesti daging oriented You Know...!?
Setahuku, ketika wanita itu punya kecerdasan emosional, bisa mengendalikan emosinya, she is really seksi. Ketika dia punya passion, berani ‘menegakkan kepalanya’ dan pandangan yang tajam, she is really seksi. When she smart and natural with her personality, she is really seksi. Ketika dia bisa menundukkan pandangannya dan saat berdoa dengan sepenuh hati, she is really charming. When she has a lot of spirit dan giving much of love to all her friends, i think she really really sweet.

Jadi, mudah-mudahan konsep seksi-mu itu bisa berubah, walau perlahan. Percaya deh, yang sudah berjilbab aja masih merasa risih kalo ada yang secara diam-diam memperhatikan atau memotretnya di bis, sampe nutupin mukanya pake tas (andai pake cadar, pasti lebih aman), apalagi yang seksinya hanya sebatas daging oriented. Bisa kacau dunia!

Reward for My SelfSelain karena perintah Allah untuk berhijab, aku memaknai jilbab sebagai penghargaan untuk diriku sendiri. What i mean? Maksudnya, aku merasa diriku cantik kok (itu ga boleh disalahkan dan bukan narsis ya…, karena mustahil aku akan merasa tampan... n__n... bisa dibilang ”sakit”, hehe...). Maksudnya adalah ketika seorang akhwat sudah bisa berjilbab sesuai dengan ketentuan, pastinya ia tidak ingin keindahan fisiknya terlihat begitu saja oleh orang-orang yang tidak berhak. Berjilbab adalah bentuk penghargaan terhadap anugerah Allah kepada diri muslimah. Masa’ dihargai (bukan dihargain ya..! emang kita barang dagangan!) ga mau?

Seorang wanita akan lebih dihargai oleh laki-laki ketika dirinya telah bisa menghargai dirinya sendiri. Bisa menempatkan diri dalam berpakaian. Bisa membedakan yang mana baju tidur (lingerie) dan yang mana baju yang bisa dipakai ketika bertemu orang banyak. Sedih aja ngeliat wanita yang tak bisa membedakan jenis-jenis pakaian itu.Girls, se-ikhwan-ikhwannya lelaki pasti tergoda juga dengan wanita seksi walaupun terbilang kurang cantik, kecuali yang dilindungi Allah dan paham dengan hikmah dari nabi Yusuf yang menolak bujukan Zulaikha. Semoga banyak ikhwan-ikhwan yang benar-benar soleh dalam menghadapi keganasan berpikir saat ini. Karena kalo ga ada ikhwan soleh, ga ada jatah jodoh untuk akhwat solehah dunkz...hehe...just kidding tapi masuk akal kan...?

0 komentar:

Posting Komentar